Assalammualaikum
Hari ini riska mau sharing ilmu-ilmu yang didapat dari acara Press Conference dan seminar Edukator Tiroid
event Jakarta Endocrine Meeting di Hotel Shangri-La Jakarta, Jumat
(21/07/2017).
Materi ini didapat dari berbagai sumber yang termasuk diantaranya ulasan dokter yang dirangkum dalam satu selebaran namun diulas ulang
dijelaskan secara rinci oleh Dr. Farid
Kurniawan SpPD dari Divisi Metabolik Endokrin Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI/RS Cipto Mangunkusumo. Kali ini materi yang yang akan dibagikan
adalah materi yang paling sering mengundang pertanyaan yakni Hipertiroid.
"Hipertiroidisme merupakan kondisi dimana kelenjar tiroid menghasilkan hormone tiroid secara berlebihan"
Kelenjar
tiroid yang umumnya dikenal sebagai kelenjar gondok terletak di sisi depan
leher, dibawah jakun dan laring (kotak suara)
Tirotoksikosis
merupakan gejala/tanda klinis yang timbul terkait hipertiroidisme.
Penyebab tersering hipertiroidisme adalah:
- Penyakit graves (60-80%)
- Struma Multinodosa Toksik (Struma itu berarti benjolan, Multinodosa berarti benjolan yang banyak, sedangkan toksik itu maksudnya kelebihan)
- Adenoma Toksik (Tumor jinak yang jumlahnya satu tapi aktif)
Berdasarkan
data Riset Kesehatan Dasar 2013, prevalensi hipertiroid di Indonesia adalah
sebanyak 0,4% dari jumlah penduduk. DKI Jakarta dan DI Yogyakarta memiliki
prevalensi tertinggi dibandingkan daerah lain. Hipertiroid juga lebih sering
terjadi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki.
GEJALA HIPERTIROID
- Riwayat Penyakit
- Pemeriksaan fisik cek leher (ada benjolan atau tidak)
- Pemeriksaan Laboratorium (Kadar TSH dan hormon tiroid (T4 bebas dan T3 bebas))
Pengukuran kadar TSH adalah pemeriksaan yang pertama kali dilakukan bila dicurigai
terdapat kelainan tiroid. Uji kadar TSH biasanya dilakukan bersamaan dengan
kadar hormone tiroid. Peningkatan kadar T4 bebas dan/atau T3 bebas disertai
penurunan kadar TSH menunjukkan gambaran hipertiroidisme yang jelas. Kondisi
dimana kadar TSH menurun tetapi kadar hormone tiroid normal disebut hipertiroid
subklinis. Uji TRAb dapat dipertimbangkan apabila dicurigai penyebab
hipertiroid adalah penyakit graves dan bila uji tangkap yodium radioaktif tidak
bisa dilakukan, terutama pada ibu hamil dan menyusui
- Uji tangkap yodium radioaktif (radioactive iodine uptake –RAIU) atau pemindaian tiroid ((Thyroid Scan)
Kondisi
hipertiroidisme akibat penyakit graves menunjukkan hasil tangkapan yodium
radioaktif yang tinggi dan merata di seluruh kelenjar tiroid. Sementara itu,
penyebab lain seperti struma nodular toksik atau adenoma toksik dapat
menyebabkan hasil tangkapan normal atau meningkat dengan adanya peningkatan
pada area tertentu
- Ultrasonografi (USG) tiroid dapat dilakukan untuk melihat ukuran, karakteristik, ada tidaknya benjolan dan laju aliran darah pada kelenjar tiroid
- Biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH) dilakukan apabila ditemukan benjolan (nodul) dengan kondisi hipertiroid untuk menentukan apakah benjolan tersebut jinak atau ganas. Kemungkinan keganasan lebih besar pada nodul yang ditemukan pada kondisi hipertiroid. Prosedur ini biasanya dilakukan dengan panduan USG
TATA
LAKSANA ATAU PENANGANAN YANG BISA DILAKUKAN,
ada tiga biasanya pilihan tata
laksana untuk pasien hipertiroidisme, yaitu:
- Obat Antitiroid, yakni yang biasa digunakan adalah Prophylthiouracil, thiamazole, dan carbimazole
- Terapi ablasi yodium radioaktif
- Pembedahan
Ketiga
pilihan tatalaksana ini efektif untuk penyakit graves dan dipilih dengan
mempertimbangkan kondisi pasien dan hasil pemeriksaan. Namun pada kasus adenoma
toksi atau struma multinodular toksik, pasien umumnya ditata laksana dengan
terapi yodium radioaktif atau pembedahan.
Secara umum pemilihan terapi pada
hipertiroidisme mempertimbangkan keadaan, kondisi penyakit, dan usia pasien.
Sebagai contoh pasien dengan kemungkinan sembuh yang tinggi, seperti wanita
atau kelainan ringan dan pasien dengan resiko operasi yang tinggi, lebih
dipilih untuk pemberian obat antitiroid. Pembedahan terutama dipilih bila
terdapat bukti/kecurigaan keganasan tiroid.
KOMPLIKASI
- Krisis tiroid (Thyroid Storm)
- Penyakit jantung tiroid (gejala contohnya jalan jauh sedikit mudah sesak mudah lelah)
- Gangguan irama jantung (berdebar tak karuan)
PROGNOSIS
Sebanyak
30-50% dari kasus graves akan mengalami remisi (kesembuhan) permanen dengan
pengobatan menggunakan obat antitiroid. Jika saat pengobatan didapatkan relaps
(gejala muncul kembali), maka umumnya akan dipertimbangkan pemberian terapi
definitive (seperti pembedahan atau terapi yodium radioaktif).
Dalam
tiga bulan pertama setelah pemberhentian obat antitiroid, terdapat 75% kasus
berulang. Jika hal ini terjadi, maka pemberian obat antitiroid dapat
dilanjutkan untuk periode yang lebih lama atau mulai mempertimbangkan terapi
definitive.
Pasien
yang menerima terapi yodium radioaktif atau pengangkatan seluruh kelenjar
tiroid, umumnya perlu meminum obat pengganti hormon tiroid secara rutin seumur
hidupnya. Bila terkontrol, hipertiroid tidaklah menjadi masalah. Contoh orang
terkenal dengan hipertiroid, antara lain George Washington Bush, Missy Elliot,
dan Gail Devers
Li H, Yuan X, Liu L, Zhou J, Li C, Yang P, et al. Clinical evaluation of various thyroid hormones on thyroid function. International Journal of Endocrinology. 2014
Ros DS, Burch HB, Cooper DS, Greenlee MC, Lauberg P, Maia AL, et al. 2016. American Thyroid association guidelines and management of hypertiroidism and other causes of thyrotoxicosis. Thyroid. 2016;26(10):1344-421
Leo SD, Lee SY, Braverman LE. Hypertiroidism. Lancet. 2016;388:906-18
Vanderpump MPJ. The epidemiology of thyroid disease. Br Med Bull. 2011;99(1):39-51
Badan penelitian dan pengembangan kesehatan kementrian kesehatan RI. Riset kesehatan dasar 2013. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar