Kamis malam aku sempat chatting dengan kakak kelasku. dia memberi tahuku tentang efek samping operasi ini itu. Selepas itu pula aku stress berat menuju operasiku. Sampai tersirat dalam hati kecilku, jika memang ada sesuatu yang terjadi ketika operasi seperti malpraktik ataupun lainnya yang mengakibatkan Allah mengambilku lebih cepat. Aku ikhlas. Mungkin takdirku berakhir di jumat itu. Tapi kemudian aku bertanya lagi Lalu bagaimana dengan amanah ini dan itu yang aku tinggalkan sementara ya? Apakah aku menjadi generasi yang tergantikan? Ya Allah..............:( Namun benarlah yang justru menguatkanmu hanyalah Allah dan prasangka baik pada Allah. Bukan yang lain.
Setelah menyerahkan hasil tes darah dan radiologi, 13 Februari 2015, siang, ba'da jumatan aku menjalani operasi pengangkatan tiroid sebelah kananku. Operasi pertamaku. Operasi yang sangat menegangkan bagiku. Masuk ruang operasi 13.30. Jam 2 kurang aku harus berganti pakaian steril untuk operasi. Masih jelas ibu membisikkan doa kesembuhan yang tak henti-hentinya diperdengarkan ke telinga sebelah kananku. Kemudian aku masuk lorong ruang operasi tanpa ditemani ibu ataupun suster. Hanya dokter berpakaian hijau khas operasi yang steril itu.
Setelah sampai di ruang operasi, kemudian dipasang alat pengecek denyut nadi dan infus semuanya dipasang dibadanku dalam keadaan sadar. Nampaknya ada setengah jam mulutku komat kamit kedinginan berdzikir dengan backsound bunyi detak jantungku haahaha. Ah rasanya sungguh Allah itu dekat. Dokter masih sempat mengajakku berbincang dan bercanda sampai sekitar setengah jam hingga pukul 14.20 tim dokter mengajakku berdoa kemudian aku sudah tidak sadarkan diri.
Pukul 16.30 Alhamdulillah 'ala kulli haal aku sadar dengan luka terbungkus perban di leher yang kemudian langsung dipindahkan ke ruang rawat inap. Aku bersyukur Allah masih memberiku umur. dan tanpa disadari beberapa rombongan teman-temanku sudah menumpuk hadir untuk menjenguk. Ya Allah gak nyangka. Secepat ini Kau menyeka air mataku dan melukis senyum di wajahku. Pasca operasi mungkin tak lazim seperti pasien yang lain yang langsung istirahat. Selepas masuk ruangan aku langsung berbincang, tertawa-tawa bahkan walaupun dalam keadaan leher yang belum bisa menengok kanan kiri, tertawa pun rasanya masih perlu perjuangan, tapi teman tetaplah menjadi obat mujarab sesakit apapun dirimu. Terima kasih ya Allah :)
bersambung....
Salam,
Senja Januari
Baca juga : Tiroid Mengajarkanku (1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar