Ini kali kedua rawat jalan
menggunakan fasilitas BPJS. Jadi selamat mengantri!
Setelah mengantri satu jam fyuuuuhhh. Akhirnya selesai juga
pendaftaran yang melelahkan. Kakiku langsung berjalan cepat menyusuri lorong
menuju IGD yang tepinya menuju lorong perjumpaan berbagai ilmu kedokteran.
Langkahku seperti otomatis belok kanan setelah keluar dari pintu IGD. Di depan
tepat tertulis “kedokteran nuklir”.
Check up tiroid kali ini sama
seperti cek 6 bulan yang lalu. Sebulan sebelum pemeriksaan diharuskan berhenti
meminum thyrax (hormone sintetis). Hal ini dilakukan untuk melihat apakah
thyrax bekerja dengan baik atau tidak dalam tubuh sekaligus melihat apakah ada
kekambuhan dari sisa-sisa kanker. Oiya anyway
fungsi thyrax ini selain menggantikan produksi hormon tiroid juga berfungsi
menekan kerja kanker yang coba-coba nakal mau tumbuh wkwk.
Sebulan tanpa thyrax? Kalau tubuh
saya reaksinya benar-benar hipotiroid. Dingin sedikit menggigilnyaaa ampun.
Bisa dibayangkan waktu jam kerja semua orang menyalakan AC karena kepanasan
sedangkan aku menggigil di pojokan hhu. Lelahnya melebihi hari-hari biasa
padahal kerjanya ya gitu-gitu aja akuntan mah apalagi. Terus ngantuk sih yang
paling luar biasa. Susah ditahan haha gatau karena kekurangan tiroid gatau emang
udah kebiasaan pffftttt. Yagitulah sebulan bersabar berdamai dengan hipotiroid
ini. Dah sih yang lain-lain gak dirasa-rasa.
Setelah menyerahkan
surat eligibilitas pasien ke pendaftaran kedokteran nuklir, ibu admin yang
sudah mengenalku (gegara aku rutin check up hhe) memintaku membayar ke poli
Anggrek tepatnya 200 meter dari gedung kedokteran Nuklir. Bukan bayar untuk
pemeriksaan darah, hanya untuk konsultasi dokter spesialis sebesar Rp120.000,-.
Biaya cek darahnya sudah ditanggung BPJS soalnya lumayanlah kalau gak pake BPJS
bayarnya bisa hampir satu juta.
Setelah pembayaran,
selang 10 menit namaku dipanggil untuk segera memasuki ruang suntik. Seperti
biasa yang dicek TSHs, Tyroglobulin dan Anti Tyroglobulin. “Hasilnya jadi satu
minggu kemudian sekaligus ketemu kontrol Dokter ya” jelas perawat cantik
dihadapanku.
6 Agustus 2016
Hari ini hasil lab
sudah keluar, entah kenapa selalu was-was menunggu hasil lab. Pengambilan hasil
baru dibuka pukul 10.00 WIB jadi ya masih sekitar satu jam lagi gak apa-apalah
lagi pula hari ini bukan Cuma sekedar mengambil hasil tapi juga kontrol dan
konsultasi ke Dr Erwin menanyakan bagaimana hasilnya. Baik atau kah ada
kemungkinan kurang baik? Untuk mengurangi ketegangan sendiri pasti setiap orang
di sebelahku ku ajak ngobrol satu persatu diajak sharing dan caring hahaha ya
gitulah judulnya pasien yang belum ada tindakan pasti was-was pasti meminta
opsi lain selain operasi dan lain sebagainya. Ya diriku sebagai “senior” karena
sudah lebih dulu ada tindakan operasi hingga terapi dan sekarang menjalani
tahap demi tahap untuk dinyatakan #cancerfree bukan perkara mudah memang
meyakinkan diri. Padahal kuncinya untuk segera sehat itu ya yakin dulu. Yakin
gak kalau dokter bisa jadi perantara kesembuhan? Yakin gak kalau Allah memang
memilihkan jalan ini untuk hidup kita agar kita belajar? Yakin dulu saja.
Setengah jam berlalu
bercuap sana sini, tiba-tiba namaku dipanggil, padahal belum jam 10.00 aku
membatin. Tapi tak apalah aku senang-senang saja. Inilah hasil laboratoriumnya
Berikut ini hasilnya:
Ya Allah kenapa Anti
Tiroglobulinnya setinggi ini? Padahal 6 bulan lalu nilai Anti tiroglobulinnya
0.8 kenapa sekarang tinggi sekali kenapa kenapa kenapa. Memang sih angkanya masih dibawah rujukan tapi setiap pasien tuna tiroid (tidak memiliki tiroid) seperti saya rujukannya beda lagi. Intinya setiap pasien memiliki nilai rujukannya masing-masing. Jadi kalau ada masalah apa dengan tubuh pastikan sudah bertanya pada dokter yang menangani kita. Tidak bertanya pada pasien lain misalkan karena setiap orang memiliki masalah gangguan yang berbeda pula. Saya sempat bertanya pada ibu-ibu yang tampaknya juga sedang menunggu dokter. Beliau pasien kanker tiroid juga dan sudah operasi juga sama seperti saya. Anti tiroglobulin di angka 100 merupakan prestasi baginya karena perjuangan menurunkanya begitu luar biasa sehingga dokter membesarkan hatinya dengan mengatakan angka segitu sudah membaik. Soalnya sebelumnya pernah diangka 4000 kalau gak salah. Ya intinya tetap berprasangka baik saja.
Cemas. Setelah itu detik ke detik selanjutnya terasa mendebarkan hati tak karuan. Mau cerita ke sebelah gak kenal. Nanti yang ada malah dia jadi ketakutan mau pengobatan. Ah menyebalkan. Saya memang kalau
check up ke dokter gak pernah ditemani siapa-siapa. Seharusnya sih kalau masih
single alias belum nikah, dokter selalu minta datangnya sama orang tua ya kan
kamu masih nona. Kalau nanti sudah menikah sudah jadi nyonya baru boleh gak
datang sama orang tua tapi sama suami. Gitu terus gitu terus. Tapi entah kenapa
saya gak pernah menggubris haha. Soalnya saya kenal sekali ibu saya itu orangnya
mudah kepikiran. Apa-apa kepikiran, kalau ada kabar buruk suka gak bisa tidur
haha. Ya apalagi ini penyakit yang saya jujur katakan tidak mudah. Kasian lah
kalau harus masih memikirkan saya yang sudah bisa dikatakan dewasa ini. Yaudah
skip lanjut ke hasil lab malah curhat.
Lepas setelah dzuhur
akhirnya dokter bisa menemui saya juga. “Hai rianita apa kabar?” kamu duduknya disini pasti lagi
hipotiroid kan? Jangan kena AC” kata Dokter Erwin sambil berdiri dan
memindahkan kursinya. Aaaaak baik sekali pengertian sekali batinku. “Baik
dokter Alhamdulillah, ini dok hasilnya” jawabku seraya menyerahkan hasil lab.
Dokter mengernyitkan
dahi. Hmmm roman gaenak nih. Dokter mengetuk-ngetukan jari telunjuknya ke meja.
Mataku menjurus pada kertas yang dokter baca. Lengang sejenak.
“Hasilnya kurang
bagus, ada berbagai kemungkinan saya rujuk kamu untuk sidik seluruh tubuh ya
minggu depan”
“Anti Tiroglobulin ya
dok?”
“Iya terlalu tinggi,
padahal enam bulan kemarin 0 kan?
Aku tak menjawab
hanya menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannnya perlahan
“Takutnya ada
kekambuhan, sabar ya kita cek seluruh tubuh minggu depan”
“Iya dok” jawabku
lesu
To be continued....
Salam,
Senja
Januari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar