Hadiah dari sahabatku (Teh Dyna) 24 januari 2016 lalu |
Ya Allah, ini kanker ya?
Mungkin begitulah awal-awal mendengar vonis yang ditimpakan kepadaku
dulu. Saat itu usiaku masih 21 tahun. Tak pernah terpikirkan jika benjolan di
leher yang samar-samar tampak itu akan berujung pada vonis kanker. Kemudian
muncul lagi pertanyaan “Ya, Allah kenapa harus aku?” stress hebat, tidak
nafsu makan, melamun hingga menangis
tiba-tiba sungguh menjadi keseharianku yang tak banyak orang tau setahun yang
lalu. Ya Saat awal-awal usiaku menginjak usia 22 tahun. Berangkat kuliah sepanjang
jalan menangis kemudian berubah ceria ketika bertemu dosen dan bercengkrama
dengan teman-teman. “Aku selalu mempertanyakan dosa apa yang aku lakukan
sehingga harus ditebus dengan kanker……?”
Dulu aku pikir kanker itu musibah. Tapi dengan kasih sayang-Nya, Allah
meralat pernyataanku dengan memperlihatkan padaku ketangguhan adik-adik balita
yang dengan sabar, ikhlas dan tabah menghadapi kankernya masing-masing. Betapa
terpukulnya aku ketika melihat seorang anak 16 bulan dengan tangan dan dada membesar
sebelah akibat tumor ganas yang menggogrotinya semenjak bayi. Sudah dioperasi
masih saja sebesar paha orang dewasa. atau kisah lain, tentang perjuangan
seorang anak belasan tahun yang tangguh berdamai dengan leukemia (Kanker
darah). Apa itu salah dia? Salah orang tuanya? Lalu salah siapa?
Nyatanya tak ada yang salah. Kanker itu TAKDIR. Titik. Dan aku selalu
percaya Takdir-Nya selalu baik tergantung pada sisi mana kita hendak
menjalaninya. Hendak ke sisi penuh kemarahan akan takdir-Nya atau sisi penuh keikhlasan
menjemput ridho-Nya? Itu pilihanmu masing-masing. Akhirnya di usiaku sekarang
Allah masih saja memberi kekuatan berlebih untuk berdamai dengan kanker. Karena
aku tau, tak ada yang benar-benar sembuh dari kanker setelah ia pernah tumbuh
di dalam tubuh. Yang ada adalah istirahatnya sel kanker tersebut, dengan
mematikan berbagai macam pemicunya, mem-puasa-kan sel-sel kanker, memutuskan
pembuluh darah yang tumbuh subur di dalam sel kankernya. Maka jikalau dulu aku
memintakan doa kesembuhan pada orang-orang. Kini aku hanya memintakan agar
Allah senantiasa menguatkanku untuk semakin bermanfaat untuk banyak orang,
diberi kesempatan mengumpulkan bekal akhirat yang tiada putusnya dan
mengembalikanku pada kesimpulan terbaik, khusnul khatimah.
Setahun, -kalau tidak salah- aku menyembunyikan dari banyak orang
tentang kanker ini. Kenapa? Agar aku tenang, begitu dulu pikirku. Hal ini
kulakukan karena awal-awal sebelum memutuskan untuk operasi banyak sekali kanan
kiri larangan untuk operasi. Efek sampingnya bisa inilah, itulah, kankernya
bisa tumbuh lagilah bahaya buat masa depanlah. Lebih baik herbal aja, lebih
sehat, lebih aman, gak banyak efek samping gapapa lama juga yang penting gak
ada efek samping ke depan. Gitu katanya. Fix bikin stress parah. Hingga 5 jam
sebelum naik meja operasi, otakku masih disesakki dengan larangan dan efek
samping yang menghantui. Orang tuaku pun langsung menasehati bahwa niat kita
untuk operasi adalah menjaga hak badan, menjaga titipan Allah agar tetap sehat.
Jikalau memang sudah waktuny titipan-Nya diambil maka ikhlaskanlah karena
Allah. Tak ada yang perlu merasa kehilangan kan? Toh modal utama dalam
menghadapinya adalah iman (keyakinan) akan janji-Nya, keyakinan akan takdir
baik-Nya, keyakinan atas segala ampunan dan balasan terbaik-Nya. Berbekal hal
itulah rasanya terlalu naïf jika masih saja mengeluh. Kami hanya butuh dukungan
kami hanya butuh keceriaan dari rekan sekalian. Karena stress merupakan salah
satu pemicu “terjadinya” kanker. Karena sungguh tak sanggup rasanya berjuang
melawan sakit macam ini sendirian.
Kalau kata dokter onkologiku, kan bagus sekarang sudah punya “alarm”
kan? Alarm untuk melakukan ibadah terbaik, alarm untuk menjauhi kemaksiatan,
alarm untuk selalu bermanfaat untuk banyak orang. Alarm yang tak dipunyai oleh
semua orang, bersyukurlah. Hanya orang-orang pilihan. Sampai akhirnya aku
berani mengungkapkan pada khalayak. Hey Aku pejuang kanker tiroid!!!! Aku sehat
dan aku fight! Aku tak mau kalah.
Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (QS.Al-Baqarah:286)
Salam,
Senja Januari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar