• Rembulan Malam Kemarin

    Hai kau, malam tadi apa kabar?

    Apakah kau mendongakan kepalamu ke langit malam tadi? Tahu tidak? ada rembulan sendu yang memandangi kita semalaman tadi.
    Ia tampak bercahaya semalam, tapi sayang sekumpulan kabut mendekapnya sangat erat semalaman. Aku khawatir ia takut dan kedinginan. Aku khawatir ia tak dapat menghantarkan dongeng malamnya seperti biasa. ah tapi apalah aku ini hanya terus mengomentarinya namun hanya mampu memandanginya saja tanpa berbuat apa-apa. Tapi sesulit apapun ia semalam, dia tetap cantik menerangi dengan hiasan cahaya temaramnya melawan awan. 
    Pada rembulan yang memantulkan dirinya ke genangan air sisa hujan sore kemarin, aku genangkan pula doa-doa teruntuk yang terbaik. Untuk orang-orang terbaik yang seharusnya mendapatkan hal-hal terbaik pula di kehidupannya. Untuknya, untuk mereka juga kau. 
    Pada rembulan yang meniti helaian alang-alang aku selipkan titian rindu teruntuk yang tiada lelah mendekapku dari jauh, mengusahakan kebaikan-kebaikan tersembunyi untukku, jua menjagaku melalui doa-doa kecilnya untukku. Terima kasih. Biarkan rindu itu meluruh bersama hujan yang sepanjang sore turun. Biarkan dia jatuh menetes ke dahan dan dedaunan. Biarkan ia jatuh masuk ke sela-sela tanah dan mengeluarkan aroma khasnya selepas hujan. Aroma tanah penuh kerinduan. Ah sudahlah.
    Hai kau, tidakkah kau dengar suara jangkrik yang menyibak sunyi semalam? ia lompat-lompat kegirangan menari-nari di bawah temaramnya bulan. Bahagia ya? Aku harap kau juga begitu. Jauh jarak yang membentang memisahkan kau dan aku kiranya tak merubah indahnya rembulan kan? Jadi tataplah bulan malam esok, toh kita akan menatap rembulan yang sama kan? dan biarkan dendang rindu meramaikan malam dan memupus hitamnya prasangka.


    Jatinangor, 4 februari 2015
  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Apa?